Memaknai Metafisika (5): Immanuel Kant

Immanuel Kant adalah salah satu pemikir yang mencoba menjawab pertanyaan metafisika terkait dengan pengungkapan kebenaran yang utuh dan hakiki. Tetapi kemudian Kant sampai pada kesimpulan bahwa kemampuan manusia dalam berpikir tidak memadai untuk sampai pada kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran yang mutlak dan tetap (numin).
Oleh sebab itu, Kant berpendapat bahwa noumena tidak akan pernah bisa dicapai oleh manusia. Keterbatasan dalam kemampuan berpikir manusia hanya akan membawa manusia sampai fenomena atau phainomenon yaitu yang menampak. Hakikat di balik yang menampak tadi hanya ada “di sana” tanpa manusia mampu sampai pada pemahaman akannya. Kemampuan berpikir manusia hanya akan sampai pada spekulasi akan noumena tersebut yang menampak dalam fenomena. Hakikat terdalam dari kebenaran tidak akan pernah sampai pada manusia, karena kemampuan manusia hanya berhenti pada fenomena. Oleh karena itu, perbincangan tentang noumena atau tentang kebenaran yang hakiki hanyalah “omong kosong” yang tidak perlu.
Di sini Kant menutup kemungkinan manusia untuk mampu mencapai dan menelisik fenomena sampai ke akarnya guna menemukan hakikat terdalam dari fenomena tersebut. Akan tetapi, argumentasi metafisika yang dibangun oleh Kant ini pun pada dasarnya adalah spekulasi metafisis. Sehingga argumentasi ini memiliki ketidaksesuaian antara pengandaian dan isi pernyataan dan persis pada titik inilah argumen Kant tersebut runtuh.

Referensi: Bakker, A. (2000). Antropologi Metafisik. Yogyakarta: Kanisius.

Komentar