Agama dan Alienasi Menurut Karl Marx
Menurut Karl Marx, masyarakat terdiri dari 2 bagian besar yaitu bagian basis dan bagian superstruktur. Basis adalah bagian yang menjadi dasar dari struktur masyarakat dan itu adalah ekonomi. Basis inilah yang menjadi fondasi bagi superstruktur masyarakat seperti: agama, politik, dan ideologi. Di sini Marx menyatakan bahwa ekonomi menjadi dasar bagi pembentukan struktur masyarakat. Oleh sebab itu Marx pun menyatakan bahwa agama tidak lain hanyalah akibat atau efek dari basis ekonomi.
Marx
menyatakan bahwa agama adalah akibat dari posisi masyarakat yang teralienasi
secara ekonomi. Masyarakat yang teralienasi ini adalah kelas pekerja yang tidak
memiliki faktor produksi apapun selain tenaga kerjanya saja. Kehidupannya yang
tertindas akibat hubungan ekonomi yang tereksploitasi menjadikan kelas pekerja
ini memproyeksikan suatu Ada yang mampu menghapuskan semua penderitaan mereka.
Ada inilah yang disebut sebagai Tuhan.
Menurut
Marx, Tuhan adalah segala sosok yang maha kuasa, maha kaya, maha kuat, dan
segala maha sempurna yang mampu mengakhiri ketertindasan kelas pekerja. Di
sini, agama dianggap sebagai penghalang bagi kelas pekerja untuk sadar bahwa
ketertindasan mereka bukanlah karena kuasa Tuhan atau karena takdir tetapi
karena relasi ekonomi yang tidak adil antara kelas pekerja dengan kelas
borjuis.
Marx
secara keras mengkritik bahwa agama meninabobokan kelas pekerja dengan segala
doa dan pengharapan. Alih-alih berjuang merebut kendali ekonomi dan mengubah
relasi produksi yang tidak adil, kelas pekerja malah terperosok ke dalam impian
surgawi bahwa semua ketertindasan yang mereka alami saat ini akan mendapatkan
balasan kelak di kehidupan selanjutnya. Marx mengatakan bahwa agama gagal menjadi
alat revolusi yang mampu menghapus ketertindasan kelas pekerja.
Kritik
Marx ini didasarkan pada kondisi Eropa abad ke-17. Di saat itu, agama (yang
didominasi gereja) tidak berpihak pada kelas pekerja yang teralienasi secara
ekonomi. Kritik Marx sebenarnya lebih ditujukan pada praktik beragama Eropa
abad 17, bukan pada ajaran agama secara umum. Karena apabila menilik sejarah
agama, hampir semua penyebar agama adalah sosok-sosok yang revolusioner yang
mampu menggoyang status quo masyarakat saat itu yang menindas. Jesus dan Nabi
Muhammad adalah sosok-sosok yang mempertanyakan dan menggoyangkan struktur
masyarakat yang pro terhadap penindasan kaum terpinggirkan seperti orang-orang
miskin.
Kritik
Marx pun terbukti keliru tepat pada saat agama justru menjadi inspirasi
revolusi di Amerika Latin yang dipelopori oleh para paderi gereja. Gerakan
teologi pembebasan yang banyak terinspirasi oleh ajaran Marxis justru
menjadikan agama sebagai alat perjuangan mewujudkan revolusi masyarakat menuju
relasi ekonomi yang lebih adil.
Oleh
sebab itu, dalam menanggapi kritik Marx terhadap agama maka tidak selayaknya
kita melepaskan konteks kesejarahannya. Kritik Marx terhadap agama sangat
dipengaruhi oleh kondisi sosial Eropa abad 17 yang bisa jadi berbeda dengan
kondisi masyarakat saat ini.
Komentar
Posting Komentar