Konsep Differance dalam Teis dan Ateis

Differance adalah konsep yang diungkapkan oleh Derrida yang menyatakan bahwa sebuah kata tidak memmpunyai arti tetap dalam dirinya. Kata sebagai signifier terbedakan dari konsep, ide, persepsi, atau emosi yang ditunjukkan oleh suatu kata. Akan tetapi, tradisi pemikiran barat mengenai asal konsep bersifat mutlak yang menjadi kerangka acuan bagi dasar atau pusat dari seluruh sistem pemikiran, dan kata dipahami sebagai yang ada dalam dirinya sendiri.
Bahasa sebagai suatu sistem tanda pada dasarnya tunduk pada permainan bebas perbedaan dan signifikansi. Semua nama yang berhubungan dengan dasar-dasar, prinsip-prinsip selalu ditunjuk sebagai kehadiran yang tetap. Derrida menginginkan setiap manusia tidak dengan serta merta menyimpulkan arti dalam setiap teks. Sebuah teks senantiasa berkorelasi dan mempunyai konteks sehingga selalu mengandung kemungkinan arti-arti lain.
Akan tetapi, bahasa sebagai sistem tanda yang tunduk pada permainan bebas perbedaan dan signifikansi tidak lepas dari pengaruh logosentrisme yaitu sistem yang menunggalkan sesuatu dan menyingkirkan yang lain. Hal ini juga berlaku pada kata-kata ateis dan teis. Di sini ateis dan teis adalah sebuah kata yang menunjukkan pembeda. Dikotomi teis dan ateis adalah dikotomi yang tidak bersifat hierarkis di dalam sistem tanda bahasa. Teis dan ateis tidak merujuk pada sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri. Arti kata teis dan ateis terbedakan dari konsep, ide, persepsi, atau emosi tetapi ternyata teis dan ateis pun terjebak dalam dikotomi yang hierarkis dan terikat dalam pengaruh logosentrisme. Teis diartikan sebagai hal yang lebih tinggi dari ateis. Teis diatributkan sebagai kata yang bermakna baik, positif, bermoral, kanan, bagus. Sedangkan ateis diatributkan sebagai kata yang bermakna buruk, negatif, immoral, kiri, jelek. Teis dan Ateis bukan kata yang menunjukkan pembeda yang sama tetapi pembeda yang hierarkis, di mana yang satu ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi. Di sini teis dan ateis menjadi kata yang memiliki acuan di luar dirinya. Inilah yang menurut Derrida harus dihancurkan.
Differance bertujuan bukan untuk mempertahankan sistem-sistem tanda yang sifatnya hierarkis seperti pada dikotomi kata teis dan ateis, tetapi justru hendak merobohkannya. Bagi Derrida, pendekatan lama yang selalu merujuk pada maksud yang objektif harus dihancurkan dan menuju pada penemuan arti teks dari luar dirinya sendiri.

Referensi:
Derrida, J. (1982). Differance translated by Allan Bass. Margin of Philosophy. Chicago: University of Chicago Press.  

Komentar