Analisis Waktu dalam Film Animasi Destiny
Film
Destiny menceritakan tentang seorang
pria yang sangat terobsesi dengan waktu. Film ini diproduksi oleh Manuel
Alligne, Sandrine Wurster, dan Victor Debatisse sebagai sebuah tugas kuliah di Bellecour
Ecole. Semua aktivitas tokoh utama dalam film begitu terjadwal dan presisi. Di
dalam rumahnya sendiri terdapat banyak sekali jam sebagai pengingat waktu.
Cerita kemudian bergulir pada suatu pagi saat ia tertabrak mobil dikarenakan
jam sakunya mati. Cerita terus berlanjut dengan flashback di mana ia kembali ke masa lalu dan mencoba mencegah
kematiannya, tetapi selalu gagal dan terus berulang. Pada satu titik, ia
kemudian berhasil mengubah masa lalunya dan kemudian ia selamat dari kematian.
Akan tetapi, di akhir cerita sang tokoh tetap mati juga tersambar petir.
Di
dalam film ini, sang film maker
mencoba mengangkat konsep waktu sebagai bagian utama dari cerita. Di dalam film
diceritakan sang tokoh kembali ka masa lalu dan mencoba mengubah masa depan.
Selain itu, waktu juga digambarkan sebagai hal yang berulang-ulang.
Menurut
Mctaggart, pemahaman orang terhadap waktu dibagi menjadi 3 yang disebut seri A,
seri B, dan Seri C. Di dalam seri A, waktu dipahami sebagai masa lalu, masa
kini, dan masa depan. Dalam seri A, waktu dianggap bergerak maju tetapi di satu
ketika kita bisa mundur lagi ke masa lalu dengan menghadirkan kenangan-kenangan
masa lalu ke masa kini.
Di
dalam seri B, waktu dipahami sebagai serangkaian peristiwa satu dan lain.
Peristiwa 1 terjadi sebelum peristiwa 2, dan peristiwa 3 terjadi setelah
peristiwa 2. Di sini waktu selalu berjalan maju dan hanya rangkaian serial dari
kejadian ke kejadian. Di sini waktu tidak dipahami sebagai masa lalu, masa kini,
dan masa depan tetapi hanya sebagai peristiwa 1 mendahului peristiwa 2 atau
dikenal sebagai earlier than and later
than.
Di
dalam konsep waktu seri A dan seri B, diasumsikan terjadi proses perubahan.
Maksudnya peristiwa dari waktu sebelumnya ke waktu berikutnya terjadi proses
perubahan, misalkan jam 10.00 gelas ada di atas meja, jam 10.05 gelas pecah.
Dalam konsep waktu seri A maka jam 10 adalah masa lalu, dan jam 10.05 adalah
masa kini dan gelas mengalami perubahan dari utuh menjadi pecah. Sedangkan di dalam
seri B, peristiwa gelas utuh di jam 10.00 mendahului peristiwa gelas pecah di
jam 10.05. Di sini terjadi peritiwa perubahan dari gelas utuh ke gelas pecah.
Sedangkan dalam waktu seri C, gelas yang ada di jam 10.00 adalah gelas yang
berbeda dengan gelas yang ada di jam 10.05. Proses gelas utuh menjadi pecah
oleh karenanya tidak pernah terjadi.
Mctaggart
kemudian sampai pada kesimpulan, bahwa pemahaman waktu di seri A, seri B, dan
seri C sebenarnya hanya ilusi manusia. Waktu itu tidak nyata. Seri A, seri B,
dan seri C hanyalah metafora manusia untuk memahami waktu.
Di
dalam film destiny, waktu digambarkan
sebagai seri B di mana satu peristiwa lebih awal atau lebih akhir dari
peristiwa lainnya. Contohnya, peristiwa bangun tidur lebih awal dari peristiwa mandi
pagi dan manusia mengalami proses perubahan dari tidur ke bangun. Film ini
secara eksplisit menyindir pemahaman konsep waktu seri A. Menurut film ini,
kita tidak pernah bisa menghadirkan masa lalu ke masa kini. Apa yang terjadi di
masa lalu berhenti di masa lalu. Oleh sebab itu, saat dia mati tertabrak mobil
dan kemudian mencoba kembali ke masa lalu untuk mengubah nasibnya adalah hal
yang sia-sia. Meskipun kemudian dia berhasil terhindar dari kematian tertabrak
mobil tetapi toh pada akhirnya dia mati juga tersambar petir. Di sini peristiwa
hidup mendahului peristiwa mati atau peristiwa mati terjadi setelah peristiwa
hidup dan urutan peristiwa itu tidak bisa diubah meskipun seandainya kita bisa kembali
ke masa lalu. Selain itu, tokoh di dalam film ini juga menganggap waktu sebagai
hal berharga yang tidak bisa terulang sesuai dengan pemahaman waktu dalam seri
B.
Akan
tetapi, film ini masih menganggap waktu sebagai sesuatu yang nyata padahal
menurut Mctaggart konsep waktu itu hanyalah ilusi manusia dalam memahami
peristiwa-peristiwa di dalam hidupnya.
Komentar
Posting Komentar