Teori Identitas dalam Film Persepolis


Sering kali kita bertemu dengan seorang yang kita kenal dengan baik dan kita merasa bahwa ia seorang yang lain. Perasaan berbeda ini bisa terjadi misalkan saat orang tersebut berubah secara fisik; dari kurus menjadi gemuk atau bisa terjadi karena adanya perubahan karakteristik yang selama ini kita kenali. Lalu apakah yang menjadikan seorang itu memiliki suatu identitas tertentu sebagai seorang individu? Inilah yang dijawab di dalam teori identitas.
Di dalam teori identitas saat kita membicarakan seseorang sebagai seorang individu, maka perlu dilakukan pembedaan terkait dengan identitas numerik dan identitas kualitatif. Saat kita merasa bahwa seseorang berubah karena fisiknya berubah atau karena karakternya berubah sesungguhnya kita berbicara tentang identitas kualitatif. Akan tetapi, meskipun orang tersebut berubah secara kualitatif karena perubahan fisik atau karakter, orang tersebut adalah orang yang satu, inilah yang disebut sebagai identitas numerik. Pertanyaan selanjutnya adalah, hal apakah yang membuat orang tersebut sebagai tetap sebagai orang yang satu walaupun secara kualitatif berbeda?
Menurut Locke, memori-lah yang membuat seseorang tetap sebagai orang yang sama meskipun secara kualitatif berbeda. Kesadaran akan diri adalah sumber identitas, ia mengungkapkan:
That conscious thinking thing which is capable of happiness or misery, and so is concerned for itself as far as that consciousness extends. Person is the name for this self. The personality extends itself beyond present existence to what is past only by consciousness.  
Memori mampu menjangkau masa lalu dan membawanya ke masa kini. Melalui kesadaran seseorang menjadi individu. Memori yang mewujud dalam kesadaran inilah yang membuat seorang individu sebagai seorang yang sama meskipun secara kualitatif ia berubah. Di sini sumber identitas diri adalah keterhubungan dan keberlanjutan psikologis (personal identity is psychological connectedness and continuity).
Akan tetapi, argumen Locke yang menyatakan bahwa keterhubungan dan keberlanjutan psikologis sebagai sumber identitas ditolak oleh Hume. Menurut Hume, tidak ada sebenarnya identitas personal yang melampaui waktu. Menurut Hume, keterhubungan dan keberlanjutan psikologis yang dijabarkan Locke dalam memori sebenarnya hanya tahapan (sequence) yang berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, tidak akan pernah ada identitas diri yang identik sepanjang waktu. Keberatan utama Hume adalah ketidakcukupan memori atau sisi psikologis menjadi sumber dari identitas diri (Giles, 1993).
Mengatasi hal ini, maka muncullah teori physical continuity. Menurut teori ini, sumber identitas diri bukanlah sisi psikologis seperti memori akan tetapi fisik yang tetap. The same living organism-lah yang membuat seseorang individu tetap menjadi individu meskipun secara psikologis ia berganti-ganti. Selama seorang individu menempati badan yang sama maka ia adalah seorang individu yang sama dan tubuh inilah sumber dari identitas diri. Meskipun begitu, teori ini juga mengalami keberatan-keberatan. Apabila sumber identitas diri hanya sisi tubuh maka jika otak seseorang diganti dengan otak orang lain sehingga memiliki memori yang lain maka orang tersebut menjadi orang lain walaupun tubuhnya tetap sama.
Di sini kemudian perlunya menggabungkan sisi fisik dan psikologis sebagai sumber identitas diri. Identitas diri tidak hanya dibangun dari kondisi-kondisi mental seperti memori saja, tetapi juga dari segi fisik dalam artian the same living organism. Ia tetap menjadi ia karena ia menempati tubuh yang sama.
Terkait dengan film Persepolis, maka apakah sumber identitas diri Marji? Apakah Marji tetap orang yang sama ataukah ia menjadi orang yang berbeda karena ia menjalani kondisi mental yang berubah-ubah?
Apabila merujuk pada psychological continuity sebagai sumber identitas, maka Marji adalah orang yang sama meskipun ia mencoba menghilangkan identitasnya sebagai orang Iran dengan berpura-pura menjadi orang Perancis saat akan masuk ke dalam sebuah club. Di sini memori Marji dan kesejarahan hidupnya tetap menjadikan ia sebagai Marji yang sama walaupun secara fisik ia berubah-ubah (misal terkait pemakaian jilbab). Dilihat dari physical continuity Marji juga tetap Marji yang sama, walaupun ia berusaha menghapus dalam-dalam memori dan sejarah hidupnya. Tubuh Marji yang sama menjadikan ia tetap sebagai Marji yang sama.
Film ini menyorot bahwa sumber identitas diri adalah memori dan kesejarahan. Tak peduli perubahan apapun yang terjadi seseorang tetap menjadi individu yang sama karena memori dan sejarah yang membentuk dirinya. Sebaliknya, meskipun seorang mencoba menghapus memori dan sejarah hidupnya ia tetap sebagai individu yang sama karena ia hidup di dalam tubuh yang sama. Marji tetap Marji karena badan yang dihidupi Marji tetap sama sampai dia mati. Marji juga tetap Marji meskipun ia mencoba mengubah tampilan badannya karena memori dan sejarah hidupnya tetap membuat dia sebagai Marji.

Referensi:
Giles, J. (1993). The no-self theory: Hume, Buddhism, and personal identity. Philosophy east and west, 43(2), 175-200.

Komentar

Posting Komentar