Posfeminisme


1. Pengertian
Posfeminisme sebagai suatu teori dan juga sebagai suatu gerakan perjuangan telah muncul sejak era tahun 1980-an dan 1990-an (Ibrahim dalam Brooks, 2009). Akan tetapi gaungnya kurang begitu terasa, terutama di Indonesia, padahal secara tidak sadar banyak sekali aksi-aksi dan pemikiran-pemikiran yang sebenarnya bisa dikategorikan sebagai posfeminisme.

Gaung yang kurang terdengar dari posfeminisme mungkin disebabkan tidak dipahaminya pengertian dari posfeminisme itu sendiri. Bahkan banyak pihak yang menyamakan posfeminisme sebagai antifeminisme. Posfeminisme bahkan dianggap sebagai suatu hal mengkhianati perjuangan gerakan feminis (Ibrahim dalam Brooks, 2009).
Mendefinisikan posfeminisme bukanlah suatu perkara yang mudah. Istilah posfeminisme sering disebut sebagai wacana yang cukup memancing debat dan sekaligus provokatif untuk diperbincangkan (Stacey dalam Brooks, 2009). Akan tetapi, secara sederhana istilah posfeminisme bisa dipahami sebagai suatu perjumpaan kritis dengan patriarki (Brooks, 2009). Artinya posfeminisme menempati posisi kritis dalam memandang kerangka feminisme sebelumnya. Posfeminisme menantang asumsi-asumsi hegemonik yang dipegang oleh epistemologi feminisme sebelumnya yang menyatakan bahwa penindasan patriarki dan imperialis adalah pengalaman penindasan yang universal (Brooks, 2009).
Di dalam prosesnya, posfeminisme memfasilitasi konsepsi pluralistik, memusatkan perhatiannya pada tuntutan dari budaya yang dimarjinalkan, diaspora dan yang terkoloni bagi suatu feminisme nonhegemonik yang mampu memberikan suaranya pada feminisme lokal, pribumi dan poskolonial (Brooks, 2009).

2. Pusat Teori Posfeminisme
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, posfeminisme merupakan suatu pemikiran dan gerakan yang berada pada posisi kritis terhadap gerakan feminis sebelumnya. Posfeminisme menganggap kerangka teoretis dan praktik perjuangan gerakan feminis sebelumnya sebagai tidak tepat dan problematik. Banyak asumsi-asumsi feminisme yang coba ditentang dan dikritik.
Posfeminisme menekankan pergeseran asumsi dasar gerakan feminis dari persamaan ke dalam perbedaan. Posfeminisme menentang asumsi dasar feminisme yang menyatakan bahwa penindasan perempuan bersifat universal yang berarti setiap perempuan akan mengalami suatu kondisi penindasan yang serupa di semua tempat diakibatkan oleh diskriminasi gender.
Posfeminisme menyatakan bahwa identitas ras dan kelas menciptakan perbedaan dalam kualitas hidup, status sosial dan gaya hidup yang harus diutamakan di atas pengalaman bersama perempuan pada umumnya (Hooks dalam Brooks, 2009). Artinya perempuan kulit hitam akan mengalami situs penindasan yang berbeda dibandingkan dengan perempuan kulit putih. Perempuan kulit hitam selain mengalami penindasan disebabkan oleh diskriminasi gender juga ia mengalami penindasan akibat diskriminasi ras. Inilah yang diabaikan oleh feminisme. Feminisme telah gagal menempatkan isu rasisme karena sifatnya yang etnosentris (Ramazanoglu dalam Brokks, 2009). Feminisme telah gagal menunjukkan fakta bahwa tidak setiap perempuan mengalami situs penindasan yang sama, oleh karena itu tidak setiap perempuan juga melakukan perlawanan yang sama.
Feminisme juga telah dinggap tidak berhasil membebaskan perempuan. Feminisme justru dianggap sebagai gerakan yang menciptakan dominasi baru. Feminisme seharusnya meninggalkan konstruksi yang monovokal dan monologis. Feminisme selama ini secara esensial berkulit putih, kelas menengah dan heteroseksual. Feminisme tidak mampu memahami perbedaan secara memadai.
Posfeminisme juga mempertanyakan asumsi feminisme yang menyatakan bahwa pengalaman penindasan hanya bisa dirasakan oleh perempuan. Feminisme mengasumsikan bahwa pengalaman penindasan yang mereka alami adalah sama dengan kebenaran dan oleh karenanya merupakan suatu pengetahuan yang valid. Harding (dalam Brooks, 2009) menyatakan bahwa bukanlah pengalaman itu sendiri, melainkan karena berpikir dari posisi yang kontradiktif yang menghasilkan pengetahuan feminis. Pengetahuan feminis bukanlah sesuatu yang mutlak harus dihasilkan oleh perempuan atau oleh perempuan yang tertindas. Pengetahuan tersebut juga bisa dihasilkan oleh pria dan kelompok yang lain.

3. Penutup
Pada intinya posfeminisme merupakan suatu gerakan yang tidak terputus dari feminisme. Posfeminisme merupakan suatu pemikiran dan gerakan yang menempatkan diri pada posisi yang kritis. Posfeminisme mempertanyakan asumsi-asumsi feminisme seperti patriarki sebagai situs utama penindasan, pengalaman penindasan yang universal, keseragaman, monovokal dan monologis. Posfeminisme mempertanyakan kiprah perjuangan feminisme yang melenceng dari visinya sebagai gerakan pembebasan menjadi sebuah gerakan yang justru menciptakan dominasi baru.
Alasan utama mengapa feminisme harus melewati periode kritis menuju posfeminisme adalah; adanya dampak politis dari perempuan kulit berwarna di dalam feminisme, adanya isu perbedaan seksual yang disoroti sebagai area yang selama ini tidak diartikulasikan secara memadai dalam teori feminis dan lebih umum lagi seluruh area subjektivitas, keanekaragaman dan perbedaan di dalam pembentukan teori feminis dan adanya pengaruh dari posmodernisme dan postrukturalisme pada gerakan feminis (Barrett dan Phillips dalam Brooks, 2009).
Akhirnya feminisme sebagai suatu pemikiran dan gerakan perjuangan tidak luput dari proses kritik. Begitu pula kelak dengan posfeminisme. Mungkin di masa yang akan datang ide-ide dan pemikiran-pemikiran yang diusung oleh posfeminisme dianggap tidak lagi memadai dan usang dan mengalami nasib yang sama seperti feminisme yaitu dikritik dari berbagai segi.

Daftar Pustaka:
Ann Brooks. (2009). Posfeminisme dan Cultural Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Jakarta: Jalasutra.

Irfan Syaebani, 19-08-09 21.35

Komentar

  1. never ending finding...

    jangan lupa berpegang... jaga jaga jika nanti tersesat...

    BalasHapus
  2. jadi begitu, feminisme merupakan gerakan yang mengkritisi kembali feminisme gelombang dua yang dianggap gagal membawa pembebasan kepada perempuan, dan malah mencoba membuat dominasi baru... terimakasih

    BalasHapus

Posting Komentar