Konsep Wahdatul Wujud dalam Filsafat Ibnu Arabi
Konsep
wahdatul wujud adalah salah satu ajaran yang dicetuskan oleh Ibnu Arabi dan
terinspirasi oleh ajaran Ibnu Taimiyah. Konsep wahdatul wujud adalah salah satu
konsep yang harus dipahami dalam kerangka ajaran tasawuf, karena Ibnu arabi
sendiri adalah seorang sufi.
Secara
sederhana, wahadtul wujud adalah konsep yang menyatakan bahwa segala sesuatu di
alam raya ini adalah memiliki satu hakikat wujud yaitu wujud Khalik sang
pencipta. Menurut Ibnu Arabi, pada hakikatnya wujud makhluk adalah merupakan
wujud dari Khalik itu sendiri, karena wujud Khalik menyatu dengan segala wujud
lainnya. Di sini wujud Khalik termanifestasi di dalam segala wujud yang ada di
alam raya. Oleh sebab itu, pada hakikatnya wujud Khalik dengan wujud alam
adalah serupa. Wujud Khalik bisa ditemukan dalam wujud alam, wujud Khalik
menyatu dengan wujud alam.
Menurut
Ibnu Arabi, alam semesta tidak tercipta dari ketiadaan karena wujud alam
semesta sudah ada dalam wujud Tuhan, dan Tuhan tidak memliki permulaan. Ibnu
Arabi pun menyatakan bahwa tujuan utama manusia adalah penyatuan dengan sang
Khalik, penyatuan ini memungkinkan karena tidak ada perbedaan antara abid (yang
menyembah) dan ma’bud (yang disembah).
Ibnu
Arabi menyatakan bahwa meskipun wujud Tuhan dan wujud alam adalah sama pada
hakikatnya, tetapi wujud yang satu ini memiliki penampakan dan
ketersembunyiaan. Itulah yang kemudian memisahkan manusia dari penyatuan dengan
Tuhan. Penyatuan ini bisa dilakukan dengan jalan tasawuf sehingga pada akhirnya
Tuhan-lah tujuan akhir dari segala sesuatu.
Ajaran
Ibnu Arabi ini kemudian sering diidentikan dengan ajaran panteisme yang
menganggap bahwa Tuhan dan alam adalah satu kesatuan. Panteisme menyatakan bahwa
alam dan Tuhan adalah satu wujud. Wujud Tuhan termanifestasi dalam wujud alam.
Akan
tetapi, ajaran Ibnu Arabi ini pada kemudian dianggap sebagai ajaran yang
menyimpang dari arus utama Islam. Konsep yang menyatakan bahwa Khalik dan
Makhluk pada hakikatnya adalah sama merupakan salah satu pokok keberatan
terhadap ajaran Ibnu Arabi.
Di
dalam sifat-sifat Allah dijelaskan bahwa Allah memiliki sifat Mukhalafatu (Ta’ala) Lil Hawaditsi yang berarti bahwa Allah tidak mungkin
serupa dengan makhluknya sehingga tidaklah mungkin Khalik akan sama dengan
makhluk. Selain itu, konsep bahwa alam semesta tidak tercipta dari ketiadaan
juga merupakan salah satu pokok ajaran Ibnu Arabi yang dianggap tidak sesuai
dengan ajaran Islam seperti yang diungkapkan dalam Alquran surat Al An’am ayat
101 yang terjemahannya: Dia (Allah)
pencipta langit dan bumi.
mantap
BalasHapus