Nietzsche: Nabi Posmodern
Nietzsche
di dalam sejarah pemikiran barat, dianggap sebagai filsuf penutup era modern
dan peletak dasar filsafat kontemporer. Nietzsche adalah filsuf Eropa pertama
yang memprovokasi dan mengkritik kebudayaan barat dengan peninjauan ulang semua
tradisi dan nilai atau umwertung aller
werten.
Nietzsche
memberikan pengaruh yang sangat besar terutama terkait dengan pemikirannya yang
menolak adanya dunia lain di luar dunia ini. Ia menekankan untuk menerima dan
merayakan hidup, kreativitas, kekuasaan dan segala macam absurditas kehidupan.
Nietzsche adalah salah satu filsuf yang dianggap sebagai inspirasi dari
Psikonalisis yang berfokus pada eksplorasi aspek-aspek hewani dan
ketidaksadaran manusia yang bertumpu pada hasrat dan kekuasaan. Posmodernisme
berutang sangat banyak terhadap Nietzsche, karena akar pemikiran tradisi
posmodern berada dalam pemikirannya. Posmodern yang menantang cara berpikir
lama dan melakukan kritik sosial yang menyeluruh mulai dari fondasi diilhami
oleh gaya berpikir Nietzsche yang menolak semua tradisi barat dan melakukan
peninjauan ulang atasnya.
Pemikiran
Nietzsche mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan adalah kegiatan sosial dan
kultural yang terbatas sehingga klaim ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang
sifatnya universal ditolak oleh Nietzsche. Pemikiran Nietzsche ini kemudian
dikembangkan oleh Kuhn, Lyotard, Baudrillard, Derrida, Foucault, dan Rorty yang
menawarkan pandangan tentang ilmu pengetahuan yang menyadari adanya bias dan
keterbatasannya di dalamnya. Metode dekonstruksi, penolakan akan kebenaran
objektif dan universal, kematian subjek, antifondasionalisme, antiesensialisme,
pluralis, skeptisisme, antimetafisika, dan antidialektika adalah hal-hal yang
tumbuh subur dalam permikiran posmodern dan postrukturalis yang menjadikan Nietzsche
sebagai “Nabi” bagi akar-akar pemikiran mereka.
Nietzsche
mensubordinasi pengetahuan di bawah budaya, namun menyetujui pentingnya
kehendak untuk berkuasa untuk melihat realitas apa adanya. Melihat realitas dan
kehidupan dalam keanekaragaman dan ketidakpastian.
Referensi:
Sunardi,
S. (2006). Nietzsche. Yogyakarta:
LKiS.
Komentar
Posting Komentar