Filsafat Rene Descartes
Metode Kesangsian dan Cogito Ergo Sum: Sejak Descartes kesadaran betul-betul digumuli dalam filsafat. Descartes berusaha untuk memberi pendasaran metodis yang baru dalam filsafat. Dengan metode, Descartes memahami sebagai aturan-aturan yang dapat dipakai untuk menemukan fundamentum certum et inconcussum veritatis (kepastian dasar dan kebenaran yang kokoh). Metode itu disebutnya Le Doute Methodique atau metode kesangsian. Jadi berfilsafat bagi Descartes berarti melontarkan persoalan metafisis untuk menemukan sebuah fundamen yang pasti, yaitu suatu titik yang tidak bisa goyah seperti aksioma matematika.
Untuk menemukan titik kepastian itu Descartes mulai dengan kesangsian atas segala sesuatu. Yang ditemukan dengan metode kesangsian adalah kebenaran dan kepastian yang kokoh yaitu Cogito atau kesadaran diri. Cogito itu kebenaran dan kepastian yang tak tergoyahkan karena aku mengertinya secara jelas dan terpilah-pilah (claire et distincte). Cogito ini tidak ditemukan dengan deduksi dari prinsip-prinsip umum atau dengan intuisi. Cogito ditemukan lewat pikiran kita sendiri, sesuatu dikenali melalui dirinya sendiri, tidak melalui kitab suci, dongeng, pendapat orang, prasangka dst. Kesangsian Decartes ini sedemikian radikal, tetapi kesangsian ini hanya sebuah metode untuk menemukan dasar yang kokoh untuk kenyataan.
Descartes mengatakan bahwa aku berpikir maka aku ada. Maka pikiran adalah suatu substansi yaitu kenyataan yang berdiri sendiri dan disebutnya jiwa. Tentang keluasan atau kejasmanian, Descartes mengatakan bahwa mustahil tuhan yang mahabenar itu menipu kita tentang adanya kejasmanian. Karena itu materi juga suatu substansi. Akhirnya tuhan juga suatu substansi, maka tuhan itu ada. Menyimpulkan bahwa kita memiliki ide tuhan, maka tuhan ada disebut arugmen ontologis.
Hubungan Jiwa dan Badan: Descartes mengatakan bahwa aku terdiri dari dua substansi yaitu jiwa dan materi atau badan jasmaniah. Dia membedakan manusia dari hewan pada rasio, yang tak lain daripada jiwa. Manusia yang paling dungu sekalipun menunjukkan kebebasan karena memiliki jiwa. Hewan sebaliknya, menunjukkan perilaku otomatis sebab tak memiliki jiwa. Yang sama pada manusia dan hewan adalah tubuhnya. Maka tubuh manusia pun sebetulnya bersifat otomatis, tidak bebas, tunduk pada hukum-hukum alam. Descartes menyebut badan sebagai L’homme Machine atau mesin yang bergerak sendiri. Dalam manusia jiwa mengendalikan mesin ini. Di sini pandangan Decartes disebut dualisme, yakni pandangan yang menganggap bahwa jiwa dan badan adalah dua realitas yang terpisah. (F Budi Hardiman)
Penjelasannya bagus sekali, mudah dipahamai.
BalasHapus