Buddha-Karen Armstrong

Ini merupakan buku bagus yang ditulis oleh Karen Armstorng, setelah selama ini Armstrong lebih banyak menulis buku-buku tentang agama yang berakar dari tradisi Abrahamik (Yahudi, Kristen dan Islam). Dia mulai meluaskan penulisannya ke agama yang berada di luar tradisi Abrahamik. Dalam buku ini yang ditulisnya adalah tentang Budhha.
Dalam buku ini dia menjelaskan riwayat kehidupan Sidharta Gautama yang kemudian menjadi Sang Buddha. Secara ringkas buku ini merupakan biografi tentang Gautama.
Buku ini diawali dari kelahiran Gautama. Kemudian dilanjutkan dengan riwayat tentang Gautama yang menghadapi kegalauan hidup dan mencoba mencari kebenaran. Menurut saya riwayat tentang inilah yang paling menarik. Karena disini Armstrong menuliskan bagaimana Gautama berusaha mencari jawaban atas kesengsaraan hidup dengan berbagai cara. Mulai dari cara yang paling sederhana sampai dengan cara yang paling ekstrim seperti menyiksa diri.
Pencerahan yang dialami oleh Gautama diperoleh dengan pengembaraan spiritual yang sangat panjang. Dan memang itulah yang seharusnya terjadi. Perjalanan untuk memeroleh kebenaran memang bukan sebuah perjalanan yang mudah dan smooth, tapi merupakan perjalanan yang berat dan penuh dengan ujian.
Pada akhirnya Gautama menemukan pencerahan justru pada saat dia tidak memaksakan diri untuk mencarinya. Karena memaksakan diri merupakan salah satu usaha pemenuhan nafsu, sementara untuk menemukan kebenaran justru kita tidak boleh diperbudak oleh nafsu.
Buku ini tidak hanya berhenti sampai dengan Gautama medapatkan pencerahan, tapi juga terus bercerita sampai dengan kematian Gautama yang mencapai kondisi parinibbana. Yaitu kondisi dimana seorang manusia berada dalam pencerahan paling tinggi dan tidak akan mengalami kelahiran kembali dan terjebak dalam lingkaran samsara.
Yang menarik dari buku ini, Armstrong langsung menggali sumber-sumber mengenai budhha dan ajarannya dari asalnya, bukan berasal dari bahan sekunder. Salah satu buktinya adalah pemilihan bahasa Pali bukan bahasa sansekerta untuk menjelaskan istilah-istilah dalam agama Buddha. Menurut Armstrong bahasa Pali-lah yang digunakan pada awal Gauatama mengajarkan Darmanya sehingga menjadikan istilah-istilah tersebut lebih baku dibandingkan apabila menggunakan bahasa Sansekerta.
Selain itu Armstrong juga menjelaskan mengenai dinamika sosial masyarakat pada saat Gautama hidup, sehingga kita lebih bisa memahami mengapa Gautama bisa memeroleh ajaran seperti itu (ajaran yang dianggap tidak masuk akal oleh beberapa orang saat ini). Karena dengan memahami kondisi sosial masyarakat pada saat itu, kita bisa lebih menyelami isi pikiran dan ajaran-ajaran Sang Buddha.

Komentar